Resensi novel
Unsur ekstrinsik :
Judul novel : Taj Mahal
Penulis : John Shors
Penerbit : PT. MIZAN PUSTAKA
Penerjemah : Meithya rose
Jumlah halaman : 457 halaman
Panjang buku : 20,5 cm
Lebar buku : 13 cm
Tebal buku : 2 cm
Unsur Intrinsik :
Tema : Cinta
Latar tempat : India, kerajaan agra
Latar waktu : sekitar abad 16
Latar suasana : menyenangkan, menegangkan, mengharukan.
Penokohan :
· Putri jahanara sebagai tokoh utama prontagonist
· Pangeran Aurangzeb/ Sultan Alamgir sebagai tokoh utama antagonist
· Sultan syah jahan sebagai tokoh utama prontagonist
· Permaisuri Arjumand / Mutaz mahal sebagai tokoh utama prontagonist
· Dara sebagai tokoh utama prontagonist
· Ladli sebagai tokoh utama prontagonist
· Isa sebagai tokoh utama prontagonist
· Arjumand sebagai tokoh utama prontagonist
· Khodamir sebagai tokoh utama antagonist
· Nizam sebagai tokoh pembantu prontagonist
· Sultan deccan sebagai tokoh pembantu tirtagonist
· Gulbadan sebagai tokoh pembantu tirtagonist
· Rurraya sebagia tokoh pembantu tirtagonist
Sudut pandang : jahanara
Alur : Mundur
Konflik : fisik dan mental
Moral : pertahankanlah apa yang menurut kita berharga
Ringkasan cerita :
Cerita bermula ketika Jahannara tua bercerita kepada kedua cucunya yaitu Gulbadan dan Rurraya megenai masa lalunya sebagai seorang putri dari sultan syah jahan dan permaisuri Arjumand.
Aku memandang harem, tempat berdiamnya wanita wanita pilihan istana, disini pula aku belajar dan bermain bersama saudara saudaraku pangeran Dara dan pangeran Aurangzeb. Dara begitu baik kepada ku, aku sering bermain dengannya. Walaupun umur kami baru 8 tahun, tapi Dara benar benar bijaksana, tak heran ayah memilihnya sebagai pewaris tahta. berbeda dengan Aurangzeb, Ia lebih suka berdiam diri dan belajar setiap kali aku melihat matanya, dia melihat ku dengan tatapan yang aneh, seperti menatap musuhnya. Awalnya aku tidak memepermasalahkannya, tetapi pengkhianatanya yang pertama merubah segalanya. Sore itu setelah ibu ku mengajak ku ke istana untuk melihat ayah memerintah aku diajak temanku Ladli, seorang gadis cantik yang bekerja didapur istana unutuk bermain di sungai Yamuna. Walaupun berbeda agama, aku sebagai muslim dan Ladli sebagai hindu kami berteman sangat akrab. Aku mengajak dara ikut ke sungai, namun tak disangka Aurangzeb pun ikut. Awalnya kami bersenang besenang, bermain air layaknya rakyat biasa. Namun ketika aku bermain sendiri aku melihat seorang anak yang lebih kecil dariku terbawa hanyut arus sungai, aku segera mencari pertolongan, namun Nampaknya aku bermain terlalu jauh dari saudara saudaraku. Aku melihat anak itu terus meminta tolong. Tanpa berpikir panjang aku berenang mendekatinya, tidak disangka arus nya begitu deras sehingga aku pun hanyut bersama anak itu. Sambil memegangi anak itu agar berada didekatku aku terus meminta tolong sebisaku, akhirnya aku melihat Aurangzeb sedang memperhatikanku, aku terus meminta tolong namun ia malah tersenyum dan diam. Setelah terbawa hanyut cukup jauh aku merasa putus asa, ya allah apabila aku memang harus kembali sekarang, tolong kuatkan lah orang tuaku. Doa terus aku layangkan kepada allah selagi aku kehilangan nafasku, dan akhirnya doaku terkabulkan, ada dua orang nelayan yang melihatku tenggelam dan menolongku. Sesampainya nelayan nelayan itu aku tidak sadarkan diri.
Ketika tersadakan aku sudah berada di kamar ibu ku di harem. Aku melihat keluarga ku begitu begitu cemas, ibuku memelukku ketika aku terbangun. “maafkan aku ibu, aku…..”, sebelum selesai menyelesaikakn kata kataku, ibu memelukku lebih erat lagi,” Maha besar allah, telah menyelamatkanmu”. Ayah melanjutkan “ kau begitu berani jahanara, kau menyelamatkan anak itu” benarkah aku meyelamatkan anak itu? Aku pikir kami berdua tidak akan selamat, pikir ku dalam hati. “Untunglah Aurangzeb melihatmu jahanara, dia menyelamatkan nyawamu” Dara akhirnya berkata, tetapi saat itu dengan jelas aku melihat Aurangzeb tersenyum menunggu kematianku tidak mungkin dia menyelamatkanu “ tapi saat itu dia tidak menolongku, nelayanlah yang menolongku, dia menginginkan aku mati” aku mengatakan semua hal itu dan mulailah aku menangis.”jahanara, Aurangzeb menyelamatkan nyawamu, kau tidak boleh seperti itu” ayah membela Aurangzeb. “ dia menginginkan aku mati…” aku tetap besikeras, tetapi tiba tiba pintu kamar terbuka dan Aurangzeb masuk. “ Syukurlah adikku, kau selamat “, Sembari berjalan pelan mendekatiku, “kau tidak menyelamatkan ku, kau menginginkan kematianku.!” Aku membentaknya ingin menunjukan bahwa aku tidak takut kepadanya.” Kepala mu pasti terbentur jahanara “ walaupun Auangzeb mengatakan begitu meyainkan, tetapi aku bisa melihat kebohongan dimatanya. Sejak pengkhianatan itu aku berhenti menjadi gadis kecil dan terus belajar di dalam harem.
Tahun tahun berlalu begitu cepat, ibuku banyak mengajariku mulai dari hal hal keistanaan sampai bagiaman memutuskan hal hal dalam hidupku. Ibu ku memang diikenal sebagai permaisuri yang kecantikannya tak tertandingi di penjuru benteng merah, selain kecantikannya, ibuku banyak memberi nasihat kepada ayahku saat harus memutuskan keputusan penting, berbeda dengan lelaki yang lain, ayahku sangat menghargai pendapat seorang perempuan. Suatu ketika saat aku dan ibuku mengelilingi benteng merah iuku berkatata ” Jahanara putriku, akan tiba saatnya kau menikah apaila saat itu telah tiba aku dan ayah mu akan mencarikan mu lelaki terbaik di india” aku hanya terdiam mendengar hal itu, aku sudah tahu saat saat seperti ini akan terjadi tapi aku masih belum bisa menerima kalau aku harus menikahi lelaki yang sama sekali tidak kukenal. Akhirnya saat saat seperti itu pun harus tiba, orang tuaku menikahkanku dengan seorang pedagang gendut, jelek bernama khodamir. Tentu ada alasan ayahku memilihnya, khodamir memiliki pengaruh yang kuat dalam perdagangan india, itu bisa member keuntungan pada ayahku. Seperti yang sudah aku bayangkan aku benar benar menderita hidup bersama suamiku, dia memperlakukan ku layaknya budak. Sungguh sebuah kabar gembira ketika aku mendengar ibuku mengandung seorang anak lagi. Selagi ibuku hamil, aku memiliki kesempatan untuk pergi dari khodamir. Bulan bulan pun berlalu, ketika aku mengira allah sudah mengembalikan kehidupan bahagiaku, ternyata ibu harus merasakan rasa sakit yang teramat ketika melahirkan dan harus meninggalkan kami, ayahku benar benar terpukul, berminggu minggu ia mengurung diri, memang bukan salahnya seperti itu, sosok ibu benar benar di cintai ayah. Setelah hampir dua bulan dara menggantikannya dI singgasana, ayah memanggilku untuk menemuinya di paviliun sungai yamuna , disana ia berkata ia ingin membangun sesuatu yang megah dan indah untu mengenang ibu. Di datangkanlah seorang arsitek muda bernama Isa, kemampuan isa tidak diragukan lagi, ia mengusulkan membangun sebuah makan untuk mengenang permaisuri arjumand. Bangunan itu akan berkubah seperti sebuah air mata, Isa menyebutnya air mata tuhan. Dua puluh dua ribu pekerja didatangkan untuk membangun bangunan yang kelak akan dinamakan taj mahal, sesuai dengan nama panggilan ayah kepada ibu yaitu mumtaz mahal. Aku ditunjuk oleh ayah untuk mendampingi isa membangun taj mahal. Perlahan aku jatuh cinta kepadanya, walaupun ia bukan seorang bangsawan, tetapi sifatnya yang lembut dan memperlakukan perempuan bukan sebagai makhluk lemah lah yang membuatku menyukainya, tentu saja wajahnya membuatku tertarik juga.
Banyak hal terjadi saat pembangunan taj mahal, mulai dari ladli yang memutuskan menjadi mata mata Aurangzeb karena kecurigaanku terhadap saudaraku itu. Selain itu di tahun ke lima pembangunan, aku menagndung, tentu saja bukan anak khodamir melainkan anak isa. Di tahun tahun berikutnya Aurangzeb semakin menjadi jadi , ia memimpin perang melawan Persia dengan kejam, anak anak dan perempuan Persia di bakar, pemuda pemuda ia kebiri dan menjadikannya budak. Walupun kemenangan Aurangzeb membawa kerajaan kami kearah kejayaan, tetapi aku tetap merasakan dia merencanakn sesuatu.
Akhirnya di tahun kesebelas, tepat ketika putriku yang kuberi nama arjumand berumur 7 tahun, taj mahal pun selesai, isa begitu senang, apalagi ayahku. Kami berpesta semalaman merayakan selesainya taj mahal. Di tahun ini pula kerajaaan mengalami perpecahan. Ketakutanku menjadi kenyataan ketika Aurangzeb memimpin pemberontakan, kami tidak bisa berbuat apa apa karena ayahku mengalami sakit keras. Semuanya pun memburuk, Aurangzeb berhasil mengambil kendali kerajaan, aku dan ayah di penjarakan, namun benar benar di luar perkiraanku bahwa Dara akan di hokum mati oleh Aurangzeb. Sudah hampir lima tahun aku dan ayahku di penjarakan, walaupun segala sesuatunya semakin memburuk, aku selau berdoa kepada allah, dan aku pun masih memiliki ladli, sahabat terbaikku, ia terus memberikanku kabar mengenai isa dan arjumand yang selamat. Pada tahun keenam aku dipenjarakan aku berhasil kabur dengan bantuan pelayan ibuku bernama nizam, walaupun berat meninggalkan ayah sendiri, tetapi ayah terus berikeras agar aku menemui isa dan anakku. akhirnya aku melakukan perjalanan bersama nizam untuk mencari kekasihku itu dan anakku, berminggu minggu kami melewati hutan dan padang pasir. Akhirnya samapi lah kami di kerajaan Deccan, yang juga merupakan musuh dari kerajaan kami, betapa bahagianya aku ketika bertemu kembali dengan isa dan arjumand. Mereka tidak berubah banyak, arjumand tumbuh menjadi gadis yang cantik. Di kerajaan deccan mereka dijadikan budak olah sultan deccan, aku pun melakukan perjanjian dengan sang sultan untuk membantunya mengalahkan Aurangzeb asalkan ia melepaskan isa dan arjumand tetapi sultan memberikan ku satu syarat yaitu isa dan arjumand harus menyelesaikan dulu masjid yang sedang mereka buat, walaupun berat karena pembangunan itu diperkirakan akan selesai paling cepat 2 tahun kedepan aku menerimanya, selain itu aku juga diminta untuk menunggu di kerajaan ku yaitu agra. Sesampainya di agra dengan membawa harapan akan berkumpulnya kami kembali, aku tertangkap kembali oleh Aurangzeb. Sungguh menyedihkan memang, tapi lebih menyedihkan lagi ketika melihat ayahku yang penyakitnya bertambah parah, Aurangzeb benar benar memperlakukan ayah seperti budak. Dua tahun lagi dalam penjara ini membuatku menyesal sekaligus lega, aku menyesal karena aku tahu isa dan arjumand pasti sedang menungguku, namun aku lega dengana danya aku disini aku bisa merawat ayah. Walaupun tidak banyak yang bisa kulakukan untuk ayah tetapi kami sering saling berbagi cerita baik mengenai ibu dan isa. Akhirnya allah berbai hati kepada ayah, penderitaan ayah pun berakhir dan yah bisa bertemu dengan ibu, walaupun berat kehilangannya aku berusaha tetap tegar. Dan pada acara pemakamannya lah aku berhasil kabur dengan bantuan selir selir yang dulu berhutang budi kepada ibu, mereka membantuku meloloskan diri. Akhirnya setelah menunggu selama tiga tahun di penjara aku bisa berkumpul kembali dengan isa dan arjumand.
Setelah kejadian pahit di agra kami memutuskan untuk tinggal di pesisir pantai di kalkuta, ladli dan nizam pun ikut bersama kami.